JABAR MEMANGGIL – Pemerintah Kabupaten Sumedang memastikan seluruh biaya perawatan medis para santri Pondok Pesantren Nuurush Sholah, Kecamatan Cimanggung, yang menjadi korban keracunan massal, sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah daerah. Peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu, 20 Desember 2025.

Kepastian itu disampaikan langsung oleh Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir, saat menjenguk para korban yang tengah dirawat di RS UNPAD, Senin (22/12/2025).

Kunjungan tersebut merupakan bentuk keprihatinan dan tanggung jawab pemerintah daerah atas musibah yang menimpa lebih dari 100 santri.

Hingga saat ini, tercatat sebanyak 125 santri harus mendapatkan perawatan medis di sejumlah fasilitas kesehatan, di antaranya RS UNPAD, RSKK, dan RS AMC.

Para santri mengalami keracunan usai mengonsumsi makanan dari seorang donatur dalam kegiatan di lingkungan pesantren.

“Pemerintah daerah sangat prihatin atas kejadian ini. Seluruh pembiayaan perawatan pasien akibat Kejadian Luar Biasa (KLB) ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Sumedang,” tegas Bupati Dony.

Sebagai langkah konkret, Bupati Dony telah menginstruksikan Kepala Dinas Kesehatan serta Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat untuk memastikan penanganan medis dan administrasi berjalan optimal, sehingga para santri mendapatkan layanan kesehatan terbaik tanpa terkendala biaya.

Kabar baik pun mulai diterima. Kondisi para korban dilaporkan terus membaik. Di RS UNPAD, saat ini hanya tersisa dua santri yang masih menjalani perawatan dan diperkirakan segera diperbolehkan pulang dalam waktu dekat.

“Alhamdulillah, hampir seluruh santri sudah menunjukkan perkembangan yang baik. Tim kolaborasi dari Dinas Kesehatan, pihak kecamatan, Baznas, hingga Forum Pengasuh Pesantren terus bekerja sama agar penanganan berjalan hingga tuntas,” tambahnya.

Atas kejadian tersebut, Bupati Dony mengimbau seluruh pengelola lembaga pendidikan dan pondok pesantren agar lebih selektif serta waspada dalam menerima bantuan makanan dari pihak luar.

Ia berharap para santri dapat segera pulih sepenuhnya dan kembali menjalani kegiatan belajar serta pembinaan keagamaan di pesantren dengan aman dan tenang.

“Peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua. Pemeriksaan dan pengecekan kelayakan makanan harus selalu dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang kembali,” pungkasnya.