JABAR MEMANGGIL– Di tengah meningkatnya krisis pencemaran sungai di kawasan perkotaan, ratusan warga Kelurahan Tegal Lega, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, turun tangan langsung dalam aksi bersih-bersih Kali Ciparigi, Sabtu (tanggal bisa ditambahkan). Kegiatan ini menjadi simbol perlawanan terhadap degradasi lingkungan yang kian mengancam keberlanjutan ekosistem air.

Aksi yang digelar dalam rangka Hari Jadi Kota Bogor ke-543 ini bukan hanya sekadar perayaan seremonial, tetapi menjadi refleksi nyata dari keprihatinan warga terhadap kondisi sungai yang tercemar oleh sampah domestik. Program ini berada di bawah inisiatif Deudeuh Ka Lembur, yang menghidupkan kembali semangat gotong royong sebagai solusi atas persoalan lingkungan.

Tak hanya dari warga lokal, kegiatan ini juga mendapat dukungan dari relawan asing asal Belanda dan Amerika Serikat. Mereka ikut memungut sampah plastik, mengangkat lumpur, dan membantu menanam vegetasi penahan erosi di sepanjang bantaran kali. Aksi ini menegaskan bahwa persoalan lingkungan tidak mengenal batas negara—ini adalah tanggung jawab global.

“Kami tidak ingin Kali Ciparigi berubah menjadi selokan mati. Sungai adalah bagian dari urat nadi kehidupan kota. Maka kesadaran menjaga kebersihan air harus menjadi budaya,” ujar Lurah Tegal Lega, Hardi Suhardiman. Ia menambahkan bahwa edukasi menjadi kunci agar warga tak lagi membuang sampah sembarangan.

Masalah sampah sungai selama ini menjadi momok kota-kota besar, tak terkecuali Bogor. Sungai-sungai yang dulu menjadi sumber air bersih, kini berubah menjadi tempat pembuangan akhir. Menurut Hardi, melalui kegiatan semacam ini, masyarakat perlahan dilatih untuk kembali peduli dan melihat sungai sebagai ruang hidup, bukan tempat buang.

Aksi ini juga diisi dengan penanaman pohon dan tanaman lokal di sepanjang tepi sungai—langkah sederhana namun penting untuk memulihkan fungsi ekologis kawasan tersebut. Para relawan berharap penghijauan ini dapat mencegah longsor, mengurangi banjir, dan menciptakan ruang hijau yang nyaman.

Camat Bogor Tengah, Teofilo Patrocinio, menyebut kegiatan bersih-bersih sungai telah digelar serentak di seluruh kelurahan. Namun, ia menekankan bahwa pekerjaan rumah yang lebih besar adalah memastikan aksi ini tidak berhenti di hari peringatan semata.

“Kesadaran lingkungan bukan soal satu hari. Sungai ini akan tetap kotor jika perilaku kita tidak berubah. Ini soal keberlanjutan,” tegasnya.

Andrew, relawan asal Amerika Serikat yang sedang bekerja di IPB, mengaku tergerak untuk ikut serta setelah melihat kondisi lingkungan sekitar tempat tinggalnya. “Saya rasa, menjaga bumi dimulai dari tempat kita berpijak. Ini bukan hanya kegiatan sosial, tapi juga bentuk kepedulian terhadap masa depan,” katanya.

Aksi bersih-bersih Kali Ciparigi hari itu menjadi lebih dari sekadar aktivitas fisik. Ia adalah bentuk protes damai terhadap krisis lingkungan yang makin nyata—dan harapan kecil bahwa perubahan dimulai dari langkah-langkah lokal yang konsisten.