Advertisement

Maulidan di Kota Intan: Jamaah Diberi Emas

Advertisement

JABAR MEMANGGIL– Sebuah pemandangan luar biasa terlihat ketika peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW diadakan bukan di masjid-masjid atau tempat umum seperti biasanya, melainkan di sebuah hotel bintang empat di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Dengan judul ‘Muludan di Kota Intan,’ ratusan jama’ah Kajian Malam Selasa (KARASA) di bawah pimpinan KH. Maki Muhyiddin dari Pondok Pesantren Al-Halim berkumpul untuk mendengarkan tausiyah KH. Abdurahman Kausar, juga dikenal sebagai Gus Kausar, dari Ponpes Al-Falah Ploso, Kediri, Jawa Timur.

Puncak peringatan Maulid Nabi ini sengaja diadakan di sebuah hotel terkemuka di Garut, bersamaan dengan pengajian rutin setiap Malam Selasa. Acara ini dihadiri oleh unsur Forkopimda dan sejumlah tamu undangan.

Menurut Ketua Panitia Muludan, Dr. H. R. Abdullah Badar, ini adalah agenda mingguan dan tahunan yang sering diadakan oleh jamaah dari Pondok Pesantren Al-Halim, terutama dalam rangka memperingati kelahiran Baginda Nabi Muhammad.

“Kami rutin mengadakan pengajian setiap Malam Selasa dalam rangka KARASA yang diikuti oleh ratusan jama’ah dari berbagai daerah di Garut,” kata Badar kepada awak media.

Agenda peringatan Maulid Nabi akan tetap diadakan di hotel setiap tahunnya, dengan tujuan untuk menyebarkan syiar agama. Hal ini menegaskan bahwa bersolawat dan memperingati Maulid Nabi dapat dilakukan di mana saja, termasuk di ballroom hotel.

Menurut Badar, pengajian KARASA sudah berlangsung sejak tahun 2014 dan setiap bulan selama bulan Maulid mereka selalu mengadakan ‘Muludan’ setiap Malam Selasa. Tahun sebelumnya, puncak ‘Muludan’ diadakan di Ballroom Harmoni, dan tahun 2023, puncak kegiatan ‘Muludan’ diadakan di Ballroom Hotel Santika.

Sebagai bagian dari kegiatan ini, setiap jamaah, sekitar 600 orang, diberikan emas seberat 0.1 gram.

Selain memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, pada kesempatan yang sama, juga diadakan pengajian rutin yang dipimpin langsung oleh Ketua KARASA, KH. R. Maki Muhyiddin.

Berbagai topik dibahas dalam pengajian, termasuk penentuan kitab tambahan berdasarkan kondisi sosial, seperti kondisi ekonomi dalam “Kaifa Takunu Ghonian.” Mereka juga mengajarkan jamaah tentang cara mencapai sejahtera dan berkah ekonomi.

Di tengah kondisi perceraian yang cukup tinggi di Garut, topik “Fii Sobri Ala Jaujat” mengajarkan pentingnya menghormati wanita sebagai penentu generasi yang kokoh.

Terakhir, mereka membahas perlindungan dan pendidikan anak dalam konteks zaman sekarang, seperti yang terungkap dalam “Kaifa Turrobi Abna Aka Fihadaz Zaman.” ( Wildan Fadilah)